Pemikir merkantilis
beranggapan bahwa kekayaan itu adalah untuk melayani kekuasaan, dan bahwa
tujuan meningkatkan kekayaan itu adalah selaras dengan tujuan meningkatkan
kekuasaan, malahan hampir tidak dapat dibedakan satu sama lain. Mengenai
kebijakan praktis, kaum merkantilis juga melihat hubungan yang erat antara kekuasaan
dengan kekayaan. Negara adalah tempat kekuasaan. Negara untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kekayaan, hendaklah memakai kekuasaan untuk
mengatur industri dan perdagangan.
Negara harus memberikan
dukungan politik dan ekonomi misalnya dengan menetapkan monopoli terhadap
industri yang membuat barang-barang untuk ekspor. Negara harus membatasi import
dengan mengenakan pajak atau melarang impor tersebut. Negara harus menjajah
(colonize) untuk memeperoleh suplai emas dan perak, ataupun untuk memperoleh
bahan mentah yang dapat diolah untuk diekspor. Dengan meningkatkan kekayaannya,
negara itu juga meningkatkan kekuasannnya.
Adam Smith sesuai dengan
penekanan ini, menyangkal pentingnya akumulasi harta berupa logam-logam mulia.
Sebaliknya, untuk meningkatkan kekayaan adalah perlu mengembangkan pasar seluas
mungkin untuk distribusi produk. Penalaran ini mendasari argumentasinya untuk perdagangan
internasional yang maksimum yang dapat dicapai dengan membebaskannya bea masuk
dan hambatan-hambatan lainnya. Smith juga merevisi ide mercantilist mengenai
hubungan antara kekayaan dengan kekuasaan. Walaupun ia tidak membantah bahwa
kekuasaan suatu negara itu sebagian bergantung pada kekayaannya, namun ia
menyerang pendapat bahwa cara terbaik untuk meningkatkan kekayaan adalah
melalui tindakan politik langsung.
Marx mengasumsikan bahwa kelas
kapitalis itu memiliiki akses pada kekuasaan, karena posisinya dalam struktur
ekonomi. Ia memiliki alat-alat produksi, dan ia membeli jasa-jasa buruh. Buruh
sebaliknya, hanya memiliki tenaga kerja untuk dijual dan hanya upah yang
diterimanya sebagai imbalan. Karena posisinya yang unggul kaum kapitalis
sanggup mengeksploitir buruh dengan memperpanjang jam kerja, memaksa istri dan
anak-anak untuk bekerja, mempercepat mesin-mesin, dan mengganti buruh dengan
memasang mesin yang lebih produktif. Kekuasaan kapitalis semakin diperkuat oleh
penguasa politik yang mengeluarkan undang-undang yang merugikan para buruh dan
memadamkan setiap usaha protes